Semakin Merajalela, Pukat Harimau Hancurkan Ekonomi Nelayan Muaro Kandis Punggasan

JURNAL SUMBAR | Punggasan Pessel – Selain dilanda bencana abrasi pantai, kehidupan nelayan Muaro Kandis Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat juga diobrak-abrik oleh maraknya pukat harimau mini (mini trawl) atau lampara dasar. Akibatnya, daerah yang dulu kaya itu kini jadi miskin dan semakin miskin.

Setidaknya sejak lima tahun terakhir, nelayan Muaro Kandis Punggasan sudah diresahkan oleh maraknya kapal lampara dasar yang beroperasi di daerah tersebut. Lampara dasar yang menghancurkan terumbu karang dan sarang-sarang ikan itu sudah berakibat merosotnya ekonomi ribuan nelayan setempat. Kian hari, kapal lampara dasar yang bermesin mesin mobil Fuso itu semakin banyak saja.

“Lampara dasar makin merajalela,” sebut Nurpin Dt. Bagindo Rajo, tokoh masyarakat Muaro Kandis Punggasan kepada Jurnal Sumbar di rumahnya, Senin sore (26/6-2017). “Jumlahnya makin banyak,” tambahnya. “Walau sering ditangkap, tapi mereka tidak jera,” tambahnya lagi.

Nurpin yang didampingi Kamba dan Asis, dua tokoh Punggasan itu menambahkan, sejak kapal lampara dasar marak beroperasi di daerahnya, pendapatan nelayan terus melorot. “Bahkan, nelayan pukat tepi, perahu jaring dan perahu pancing sudah tak ada lagi,” ujarnya. “Karena ikan-ikan di kawasan pantai tersedot habis oleh lampara dasar,” tambahnya.

OTW 2

Dikatakan Nurpin, lampara dasar yang diketahui berasal dari Muaro Gadang dan Labuhan Tanjak,  Air Haji itu jumlahnya seratus unit lebih. “Sekali operasi terlihat puluhan unit, dan suara mesin kapalnya terdengar keras di pantai,” jelasnya. “Mereka semakin nekat dan tak segan-segan menabrak perahu nelayan kami,” tambahnya.

“Pertengahan bulan puasa lalu dirazia oleh Polair Sumbar, tiga unit kapal lampara dasar ditangkap dan dibawa ke Padang,” sebut Nurpin. “Tapi, besok harinya rombongan lampara dasar tersebut kembali beroperasi tanpa rasa takut,” tambahnya. “Semakin ditangkapin, semakin banyak dan semakin nekat,” tambahnya lagi.

Nurpin yang anggota Bamus Nagari Muaro Kandis Punggasan itu berharap ada penindakan yang lebih tegas lagi dari aparat penegak hukum. “Kalau tidak, hal ini bisa memicu perang antar kampung,” ujarnya. “Karena nelayan di sini sudah sangat resah, dan emosinya mulai tidak terkendali melihat kapal-kapal lampara dasar itu merusak lautnya,” tambahnya.

Seperti diketahui, TNI AL dan Polair Sumbar sudah sering melakukan razia dan menangkap kapal-kapal lampara dasar tersebut. Namun, lampara dasar asal Muaro Gadang dan Labuhan Tanjak, Air Haji itu malah semakin banyak. Padahal, Pemkab Pesisir Selatan pernah mendata dan memberi bantuan uang mengganti alat tangkap kepada pemilik kapal pukat harimau mini itu.

Kini di Muaro Kandis Punggasan terdapat 100-an unit perahu Payang atau pukat tengah. Setiap Payang penghasil ikan Tongkol dan Teri itu mempekerjakan 12 orang nelayan. Dalam kondisi baru, satu unit perahu Payang bernilai Rp90 jutaan. Selain ikan segar, nelayan di sana juga menghasilkan ikan olahan, seperti ikan Teri dan ikan kering lainnya. Enye

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.