Peringatan Hari Nasional, Gubernur Sumbar Terima Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo

JURNAL SUMBAR | Jakarta – Bertepatan di Hari Nusantara, Gubernur Sumatera Barat, H. Irwan Prayitno menerima penghargaan dari Presiden Republik Indonesia. Kali ini Irwan Prayitno dianugerahi tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya Bidang Pemerintahan Dalam Pengelolaan, Pengembangan dan Pembangunan Kelautan 2017.

Penyerahan ini dilakukan langsung oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo atas nama Presiden RI dalam rangka Hari Nusantara tahun 2017 yang dipusatkan di Kota Cirebon.

Piagam Satyalancana Wira Karya untuk Gubernur Sumbar. Ist.

Peringatan Hari Nusantara tahun 2017 ini, hanya dua orang gubernur penerima tanda kehormatan tersebut, yakni Gubernur Sumbar dan Gubernur Maluku Utara.

Kepala Biro Humas Sekdaprov Sumatera Barat Jaman mengatakan, Gubernur Sumbar kembali menerima penghargaan dari Presiden Joko Widodo yang bertepatan pada Hari Nusantara 2017.

Penghargaan itu, didapatkan berkat kerjasama pemerintah dengan masyarakat terutama dalam hal Bidang Pemerintahan Dalam Pengelolaan, Pengembangan dan Pembangunan Kelautan.

Mendagri Tjahyo Kumolo salami Gubernur Irwan Prayitno. Ist.

Gubernur juga mengatakan, ucap Jasman, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada masyarakat si Sumbar. Karena, dengan bersama untuk membangun Sumbar, seperti hal di Bidang Pemerintahan Dalam Pengelolaan, Pengembangan dan Pembangunan Kelautan.

“Hanya dua orang gubernur di Indonesia ini yang mendapatkan penghargaan itu. Tentunya kita bangga dengan adanya penghargaan dari Presiden Joko Widodo tersebut,” ujarnya.

Selain itu, Mendagri menyebutkan, sesuai Keputusan Presiden RI Nomer 126/2001, tanggal 13 Desember ditetapkan sebagai Hari Raya Nasional atau dikenal dengan Hari Nusantara. Momentum ini digunakan untuk memperingati keberhasilan diplomasi Indonesia agar prinsip negara kepulauan diakui secara internasional melalui instrumen Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS) 1982.

Epi

Pengakuan ini sebelumnya didahului oleh diumumkannya “Deklarasi Djoeanda” tanggal 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut merupakan sebuah keputusan untuk menyatukan Indonesia sebagai negara kepulauan berbeda dengan apa yang termaktub dalam Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 , yang menetapkan batas teritorial Indonesia secara terpisah-pisah.

Peringatan Hari Nusantara tahun ini akan dilaksanakan di Dermaga Muara Jati, Cirebon, Jawa Barat. Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo dijadwalkan hadir mewakili Presiden Joko Widodo untuk membuka acara. Beberapa menteri dari kabinet Kerja, antara lain Menkominfo Rudiantara juga dijadwalkan akan hadir dalam acara puncak peringatan Hari Nusantara tersebut.

Berbagai atraksi dan kegiatan telah disiapkan untuk menyemarakkan hari bersejarah itu, antara lain atraksi terjun bebas oleh TNI Angkatan Laut, demo Search and Rescue (SAR) Laut, sail pas kapal-kapal nelayan Indonesia serta pelepasan ekspor produk tekstil dan meubel/rotan Kota Cirebon.

Namun, tidak hanya kegiatan seremonial, peringatan Hari Nusantara tahun ini dimanfaatkan untuk melakukan berbagai kegiatan sosial seperti donor darah yang dilakukan oleh Danlanal Cirebon, Dirpolairud Polda Jabar, Kadiskes Armabar serta jajarannya.

Beberapa tenda Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) Marinir juga didirikan untuk kegiatan bakti sosial kesehatan di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Cirebon.

Selain itu, Menko Maritim Luhut Pandjaitan sebagai ketua dewan pengarah Hari Nusantara 2017 mengingatkan perlunya masyarakat Indonesia mengingat kembali posisi strategis Indonesia di kawasan.

“Saya sebut ini sebagai posisi silang diantara dua samudera dan diantara dua benua besar, jadi Indonesia ini berada pada posisi yang strategis,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini banyak masyarakat Indonesia yang tidak sadar betapa strategisnya posisi Indonesia dalam dunia internasional. Dengan posisi diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, tambah Luhut, bangsa Indonesia perlu mengedepankan persatuan diantara perbedaan yang ada.

“Bangsa Indonesia harus kompak, harus mengurangi sebanyak mungkin perbedaan-perbedaan. Ya perbedaan itu adalah rahmat sekaligus juga bisa menjadi malapeteka kalau kita tidak mampu mengelolanya dengan baik,” ujarnya tegas.

Sesuai dengan tema Hari Nusantara tahun ini, yakni ”Gotong Royong dalam Kebhinekaan di Nusantara Guna Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”, Menko Luhut berharap masyarakat Indonesia lebih mengedepankan kerja bersama dan mulai fokus pada pembangunan kelautan. “Selama ini kita memunggungi laut sekarang sudah waktunya kita melihat laut sebagai poros dunia,” tukasnya.

Lebih jauh, sebagai negara besar yang berada pada posisi silang strategis, Luhut mengatakan, perlunya Indonesia mengontrol lalu lintas udara dan lalu lintas kapal. Namun hal itu perlu diimbangi dengan penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan SDM yang ada. Advt.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.