Kepada Para Mahasiswa
yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yg kebingungan di persimpang jalan
Kepada pewaris peradaban yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan di lembar sejarah manusia
Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun kejalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercintai…
Senandung Pergerakan “Totalitas perjuangan” yang tertulis di atas bergema hebat di “Seluruh Indonesia” menjelang kejatuhan rezim otoriter Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun, rezim ini berakhir dengan disampaikannya pidato pernyataan berhenti oleh Presiden Soeharto di Istana Negara pada tanggal 21 Mei tahun 1998.
Perjuangan Mahasiswa bersama Rakyat dari seluruh penjuru nusantara dan Kesediaan berhenti Soeharto telah
mengantarkan kita kepada era baru yang dikenal dg era reformasi.
Setelah Soeharto turun tampuk kekuasaan Republik kemudian diserahkan pd sang Profesor BJ Habibie yang sudah menjadi Wakil Presiden menjelang lengsernya Soeharto. BJ Habibie memimpin masa transisi sampai terpilihnya Presiden yang baru.
Pada tahun 1999 Majelis Permusyawaratn Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) bersidang dg agenda utamanya meminta pertanggungjawaban Presiden Habibie. MPR pada akhirnya menolak pertanggungjawaban Presiden Habibie setelah melakukan voting secara tertutup, dimana jumlah Anggota MPR yang menolak lebih besar daripada yang menerima pertanggungjawaban Habibie, 355 menolak dan hanya 322 yang menerima. Habibie dinilai oleh mayoritas Anggota MPR telah banyak melakukan kesalahan yang fatal, terutama karena Habibie tidak melaksanakan amanat Rakyat serta melakukan pelanggaran terhadap TAP MPR. Kegalan Habibie mulai dari tidak melakukan pengusutan terhadap harta kekayaan mantan Presiden Soeharto serta pemberian otonomi yang berakibat pada lepasnya Timor Timur dari Indonesia.
MPR kembali memilih Presiden baru, setelah melalui proses yang cukup alot akhirnya terpilih K.H. Abdurrahman Wahid -Gusdur- sebagai Presiden RI ke-4, unggul 60 suara dari Putri Presiden Soekarno Megawati dalam voting di MPR .
Gusdurpun tidak bertahan lama menjadi Presiden, menjabat hanya selama dua tahun sampai akhirnya MPR melakukan impeachment terhadap Gusdur setelah dinilai melanggar Konstitusi dengan menerbitkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya membekukan MPR/DPR RI, disamping Gusdur juga dituduh terlibat dalam kasus Brunei Gate dan Bulog Gate. Megawati melanjutkan kepemimpinan Republik dengan didampingi oleh Hamzah Haz Sebagai wakilnya.
Sebagaimana Presiden sebelumnya, Megawati juga sarat kritikan bahkan menjadi objek demontrasi Mahasiswa Indonesia. Beberapa kesalahan fatal Kepemimpinan Mega-Hamzah (Rezim Gajah)Menjual aset-aset strategis bangsa dan melindungi koruptor2 kelas kakap. Kemarahan mahasiswa dan rakyat terus memuncak dan terawat Megawatipun akhirnya diGANTI melalui proses Pemilihan Presiden 2004. Megawati yang berpasangan dengan K.H. Hasyim Muzadi akhir dikalahkan oleh pasangan SBY-JK dengan tema Perubahan.
Dari hampir seluruh Presiden RI semenjak era orde baru sampai hari ini rasanya tidak berlebihan bila dikatakan hanya SBYlah yang bernasib baik, SBY dinilai mampu menjadi sosok yang berhasil dalam mengelola masa transisi demokrasi menuju konsolidasi demokrasi. Keberhasilannya diganjar langsung oleh rakyat Indonesia dengan dipercayakan kembali memimpin Republik untuk periode ke-2 bersama pendamping barunya Wakil Presiden Boediono. Adapun aksi-aksi protes mahasiwa akhirnya tertutupi oleh penilaian yang baik dari rakyat terhadap kepemimpinan SBY.
Lalu bagaimana dengan Presiden kita hari, akan bernasib seperti siapa akhirnya Jokowi??
Setidaknya kita bisa menarik kesimpulan akan akhir dari beberapa pemimpin Republik terdahulu, ada yang diturunkan seperti kasus Presiden Soeharto dan Gusdur, ada yang diganti scr konstitusional seperti kasus presiden Habibie dan Megawati, namun juga ada Pemimpin Republik yang mendapat apresiasi dari rakyat, dan rakyat memilih melanjutkan kepemimpinannya.
Kepemimpinan kedepan akan kembali ditentukan oleh rakyat yang dimotori kaum intelektual seperti mahasiswa. Gerakan Mahasiswa kembali dinantikan oleh rakyat yang kebingungan dipersimpang jalan. Mereka bingung akibat rupiah semakin melemah, harga BBM semakin mencekik dan ini berbarengan dengan derasnya tenaga asing yang masuk ke tanah air. Tentu rakyat tidak berharap dari mahasiswa pemburu ijazah yang ingin segera dapat pekerjaan yang selalu khawatir dengan ancaman Rektor yang sudah menjadi kaki tangan penguasa.
Salam Pergerakan!!!
(Mantan Presiden Mahasiswa IAIN/UIN Imam Bonjol 2002-2003)
Disampaikan dalam Forum Konsololidasi Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) di Padang 17 September 2018