Jelang Bulan Ramadhan, Peziarah Sumbar Banjiri Calau Sijunjung

1195

JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Ratusan jamaah dari berbagai belahan daerah se-Sumbar terus berdatangan ke Calau, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, untuk meziarahi makam Syech Abdul Wahab. Di sini mereka menggelar berbagai ritual keagamaan, diikuti tahlilan, perkauran, dan doa bersama. Bagaimana jalannya kegiatan religius ini ?, berikut penelusuran kontributor Jurnal Sumbar; Yulicef Anthonhony dari Sijunjung.

Antusias masyarakat Jorong Subarang Sukam, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung terlihat meningkat semenjak dua puluh hari terakhir, menyusul masuknya bulan Sa’ban 1440 H. Diantaranya juga tak ketinggalan  memanfaatkan momentum tahunan tersebut untuk mengais rezeki lewat berjualan makanan ringan, buah segar, dan beraneka kuliner lokal sebagai oleh-oleh. Pekarangan rumah penduduk di sepanjang ruas jalan menuju Calau pun tampak bersih, rapi, tertata.

Komplek Pemakaman Syech Abdul Wahab sendiri berada sekitar 600 meter dari jalan lintas Muaro Sijunjung, dengan gerbang luar terdapat persis di kawasan Pasar Jumat, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung.  Untuk menuju lokasi, pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda dua dan empat, kecuali halnya bus umum, memang harus parkir di dekat gerbang luar, Pasar Jumat, mengingat lebar jalan ke lokasi relatif sempit, ditambah melintasi jembatan Batang Sukam.

Sebagai gambaran, dahulu jembatan Batang Sukam masih berupa jembatan gantung, di tahun 2008 jembatan tersebut sempat putus akibat kelebihan muatan, hingga sejumlah pengunjung meninggal dunia, belasan lainnya kritis.  Berselang tiga tahun kemudian jembatan kembali dibangun, dalam bentuk jembatan permanen.

Sesampai di lokasi, pangunjung akan disambut langsung nuansa Calau nan religius, Komplek Pemakaman Syech Abdul Wahab sendiri terdapat agak ketinggian diatas guguk, dibawahnya berdiri Surau Pusat Pengajian dengan arsitektur ala Surau Tuo Minangkabau, atap lancip.  Surau tersebut tak lain merupakan peninggalan Syech Abdul Wahab, berikut pemondokan-pemondokan santri/ jamaah, asrama, serta gedung pusat pengelolaan Komplek Calau. Diselingi rumah-rumah penduduk setempat, dengan kultur sosial masyarakat cukup terasa kental berbalut religius.

Setiap tiba waktu Shalat warga umumnya menghentikan segala aktivitaswarga, seraya secara bersama menunaikan shalat fardu berjamaah di Surau Tuo, di sore hari kegiatan mengaji anak-anak senantiasa aktif. Demikian benar Perkampungan Calau, Muaro Sijunjung, sebuah perkampungan religius yang dikenal sebagai pusat perguruan dan penyebaran Islam di seantro Sijunjung,  khususnya beraliran tarekat Syattariyah. Tak heran bila Calau oleh daerah lain dipandang sebagai salah-satu perkampungan spesifik, pusat ilmu keagamaan dibawah binaan seorang Ulama, disebut Tuangku.

Sesampai di Komplek Calau kebanyakan para jamaah terlebih dahulu menunaikan Shalat Sunat di Surau Tuo, diikuti Shalat Fardhu Wajib. Kemudian secara berkelompok (sesama anggota rombongan) berjalan menuju Tampat, komplek pemakaman Syech Abdul Wahap, yang lokasinya sekitar 70 meter berada agak ketinggian persis di atas komplek Surau. Momentum ini biasanya menjadi rutual puncak para pengunjung, ziarah ke makam Guru, Syech Abdul Wahab.

Pusara Syech Abdul Wahap diapit oleh dua pusara lainnya, yakni Syech Ahmad, dan Syech Djalaluddin. Syech Ahmad merupakan anak Abdul Wahab, sementara Djalaluddin tercatat sebagai kemenakan.  Ketiga makam ini berdiri satu atap, telah dipugar, secara legalitas tercatat sebagai peninggalan sejarah purbakala dibawah naungan BPCB Batusangkar.

Di komplek pemakaman para jamaah membaca Alquran, bersalawat, tahlilan, berzikir, dengan posisi duduk melingkar menghadap ke pusara Syech Abdul Wahab. Atas jasa-jasa dalam menyebarkan Islam di berbagai daerah, tak ketinggalan para jamaah juga mendoakan Syech Abdul Wahab agar diberi kelapangan, hingga kelak ditempatkan di tempat yang mulia.

Seorang Ketua Rombongan, Alimunar Koto, asal Tanjungbaso I, Nagari Sungaibuluh Barat, Pariaman, menyebutkan, kedatangannya ke Calau tak lain untuk berziarah. Menurutnya Syech Abdul Wahab semasa masih hidup dikenal sebagai Ulama Besar, penyebar Islam terkemuka di Kabupaten Sijunjung, beraliran Tareqat Sattariyah dari Syech Abdul Rauf Singkil, Aceh.  Seperti halnya Syech Burhanuddin di Ulakan, Pariaman, selaku penyebar Islam terkemuka di ranah Minangkabau.

Ulama zaman dahulu, imbuhnya, berbeda dengan sekarang, dalam memberikan bekal ilmu senantiasa tulus semata-mata mengharap ridha Allah SWT, bahkan bisa dibilang sebagai penerus perjuangan Rasulullah, Muhammad SAW.

“Di hari baik menjelang Bulan Ramadhan ini kami kembali menyempatkan diri berziarah ke Calau, sekaligus memanjatkan doa, dan memohon ridho-Nya,” ujar Buya Alimunar yang saat itu membawa lebih dari 25 orang jamaah.

Hal senada juga dingkapkan Bandaro, seorang pengunjung asal Padang Pariaman, Sumbar. Kedatangannya ke Calau untuk menziarahi Makam Syech Abdul Wahab.  Sekaligus menjalin hubungan silaturrahmi, kekeluargan antar sesama jamaah.

“Entah bagaimana dahulunya bentuk keyakinan masyarakat sebelum Islam masuk, hingga akhirnya sejumlah Ulama turun berjuang meyiarkan Islam yang diridhoi Allah SWT, termasuk diantaranya di Sijunjung oleh Syech Abdul Wahab.  Berbagai halangan dan rintangan dihadapinya, bahkan keluarga dikorbankan untuk berdakwah,” jelasnya.

Juru Kunci Makam, Karimun,60, menambahkan, keberadaan komplek makam Syech Abdul Wahab terbilang sakral, berada dibawah pertanggungjawaban Ninik Mamak Nagari Muaro, berbagai ritual keagamaan nagari kerap diadakan di sini.  Secara adat Syech Abdul Wahab sendiri tercatat bersuku Kampai.

Demi tetap kokoh, lestarinya  ajaran agama yang diwarisi Syech Abdul Wahab, sistem kekhalifahan di pusat perguruan agama, Calau dipikul Tuangku Umar, hingga setiap warga masyarakat yang ingin belajar ilmu agama senantiasa diakomodir. Selain aktif mengajarkan pengajian pada warga sekitar, wirid mingguan, dan mengaji Alquran oleh anak-anak.

“Dahulu banyak orang luar berdatangan ke sini untuk melajar ilmu agama. Namun semenjak jembatan putus tahun 2008 silam, jemaah dari luar nyaris tak ada lagi,” imbuhnya. anton