JURNALSUMBAR | Batusangkar – Baju kurung Basiba sebagai warisan orang tua kita sarat dengan makna dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dan perlu dilestarikan, tutur Wabup H Zuldafri Darma, Sabtu, ( 31/8) pada acara Obrolan Budaya di Istano Basa Pagaruyung.
Menurut Wabup, bagi perempuan memakai baju kurung Basiba sudah menunjukan kepribadian baik sesuai filosofi baju tersebut. Dan menggambarkan perempuan memiliki sifat dan tingkah laku serta memperlihatkan keanggunan pemakainya, ujar Wabup H Zuldafri seraya menyebutkan pemakai baju basiba harus merasa bangga dengan tradisi Minang itu.
Dalam keterangan terpisah, Senin (2/9), pemerhati budaya minangkabau Rina Astuti menyatakan baju kurung basiba merupakan baju nyaman dan aman dipakai serta memiliki Kiek membuat longgar kanan dan kiri baju tersebut.
Kata Rina lagi, baju dibuat longgar agar si pemakai leluasa beraktifitas menunjukan perempuan Minang tangguh dan punya posisi terhormat dalam adat Minang . Longgar nya baju basiba, karena wanita Minang punya banyak ativitas harus dikerjakan setiap hari, bahkan itu merupakan tuntutan agama wanita dilarang memakai pakaian ketat.
Rina mengkritik, adanya lomba baju kurung basiba tetapi bajunya tidak longgar. ” Kalau bajunya tidak longgar, Itu bukan baju kurung basiba “, ujar Rina seraya menambahkan jahitan Kiek dapat menggunakan benang warna – warni agar menarik .
Baju kurung basiba, jelas Rina, lebih anggun dan menawan kalau dipakai dan dilengkapi dengan Tingkuluak ” Saya lebih bangga jika baju kurung basiba dipakai wanita Minang ketika menghadiri kenduri dan Acara-Acara budaya lain”, sebut Rina Sang karyawan PLN itu.
Menyikapi tekad kembali ke surau dan kembali ke nagari, Rina yang juga Sekretaris Umum Alumni SMA Muhammadiyah Batusangkar siap mendukung pemerintah daerah provinsi, kabupaten – kota mengkampanyekan baju kurung basiba itu. habede.