Konferensi ICoSSHT FIK Ke-1 Dibuka Rektor UNP, Era Teknologi Butuh Sinergi Pendidik dan Peserta Didik

2034

JURNAL SUMBAR | Padang — Untuk menjadi pelatih, guru, dosen atau instruktur di era kemajuan teknologi tak boleh lagi mengabaikan inovasi, tetapi tetap membangun hubungan batin pelatih dengan yang dilatih, hubungan batin antara guru dan dosen dengan murid. Peran pelatih, guru, dosen serta intrukstur tidak bisa digantikan oleh adanya aplikasi teknologi yang ada.

Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Prof Ganefri, PhD menyampikan hal itu dalam pembukaan Konferensi Internasional Ilmu Olahraga, Kesehatan, dan Pariwisata, ICoSSHT (Internationa Conference on Sport Science, Health and Tourism) yang pertama, Rabu (13/11) di Hotel UNP Lantai 4.

ICoSSHT yang pertama di gelar Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) itu berlangsung selama dua hari, Rabu dan Kamis (13-14/11) dengan menghadirkan lima nara sumber dari dalam dan luar negeri. Mereka adalah drg Kartini Rustandi dari Kemenkes RI, Prof Dr Jeong Howon dari Kyunpook National University, South Korea, Assoc Prof Dr Nimanee dari Thammasat University, Assoc Prof Dr Selia Khoo dari Universitas Malaya Malaysia dan Prof Gusril dari UNP.

Menurut Prof Ganefri, inovasi butuh sumberdaya manusia yang unggul melalui konsistensi pengembangan ilmu dan riset tak terkecuali bagi profesi pelatih, dosen, guru dan instruktur yang mesti intensif di era kemajuan teknologi ini.

“Fungsi guru dan fungsi orang tua dalam hal pengembangan hubungan batin dan bimbingan terhadap anak dan anak didik tidak bisa digantikan oleh teknologi. Untuk itu kita haruslah terus mengembangkan inovasi baru terus-menerus dengan memanfaatkan teknologi,” ujarnya.

Konferensi Internasional ini mengangkat topik Peningkatan Ilmu Olahraga, Kesehatan, dan Pariwisata untuk Pengembangan Pembangunan.

“Pemikiran dalam bidang ilmu olahraga, kesehatan, dan pariwisata amat penting dalam perkembangan kehidupan di era teknologi ini.

Untuk itu, kemajuan teknologi perlu dimanfaatkan oleh ahli olahraga sebagai pendidik dan pelatih, ” jelasnya lagi.

Sementara itu Ketua Pelaksana Prof. Dr. Gusril, M.Pd. menjelaskan bahwa konferensi internasional ini ditujukan untuk mendongkrak semangat riset dari dosen guna mendongkrak posisi Indonesia di posisi level Asian. Saat ini posisi sudah berada di posisi kedua, di bawah Singapura.

Hanya, saja dalam perjalanan menuju posisi pertama di Asia, Indonesia masih terkendala dengan penulisan yang terindeks, dalam hal ini jurnal yang terindeks scopus.

“Diharapkan memang olah raga sudah bisa menjadikan bisa tetap aktif di era 4.0 ini. Karena pola hidup masyarakat saat ini pola hidupnya tidak aktif dan cenderung itu akan memunculkan banyak penyakit,” katanya.

Dengan gerak makin kurang, maka akan memunculkan kelebihan berat badan yang muaranya akan banyak penyakit muncul, apakah itu jantung, diabetes, kanker, dan penyakit lainnya.

Begitu juga dengan anak-anak yang saat ini juga sedang malas bergerak. Melalui ICoSSHT ini diharapkan akan dapat solusi agar olah raga ini akan kembali membumi di Indonesia.

Untuk kegiatan ini akan diikuti oleh perwakilan lima negara, yaitu Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Oman. Sementara untuk peserta lokal akan diikuti oleh peserta dari Jakarta, Surabaya, Palembang, dan Jambi.

Untuk pemakalah itu ada 122 orang dengan peserta 60 orang, jadi total akan ada 187 ditambah dengan keynote speaker. Dimana peserta ada dosen, guru penjas, mahasiswa, dan dinas pemuda dan olahraga. (Agusmardi/Humas UNP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here