Perkuat Toleransi, FKUB Kabupaten Sijunjung Ikuti Dialog GNRM Bersama Asdep Kemenko PMK

JURNAL SUMBAR | Batusangkar – Puluhan anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tingkat Kabupatensi Sijunjung, Sumatera Barat mengikuti Dialog bersama Kemenko PMK yang dikemas Kantor Kesbangpol dan Linmas Sijunjung pada Kamis (19/11/2020) di Emersia Hotel Batusangkar.

Kegiatan Dialog FKUB tersebut merupakan rangkaian Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) untuk memperkuat toleransi sesama.

Dialog FKUB itu dipandu Kepala Kantor Kesbangpol Linmas Sijunjung, David Ronaldo,S.STP diwakili Kasi Kesbangpol Linmas Sijunjung, Zulkifli,SH. Dengan menghadirkan pemateri Asisten Deputi Revolusi Mental Kemenko PMK, Redemtus Alfredo Sani Fenat serta Kepala Kemenag Sijunjung, Drs. Afrizal Thaib, MPd.

Selain pengurus FKUB, kegiatan tersebut juga diikuti sejumlah pemuda asal Kabupaten Sijunjung dan awak media.

Menurut Asisten Deputi Revolusi Mental, Kemenko PMK, Redemtus Alfredo Sani Fenat, bahwa Revolusi Mental merupakan bentuk proses transformasi pembentukan karakter bangsa melalui pembangunan keluarga.

Didalam revolusi mental ditegaskan bahwa karakter dan kesejahteraan bangsa dapat tercipta diawali dari lingkup masyarakat terkecil yaitu keluarga.


Peserta FKUB serius ikuti Dialog GRNM

“Keluarga memiliki peran besar dalam proses pembentukan karakter setiap individu yang nantinya merupakan cikal bakal bagian dari bangsa Indonesia. Di sinilah tugas dan peran orangtua sangat mendominasi keberhasilan pembentukan karakter tersebut,” sebutnya.

“Pelayanan di Sumbar berada diatas nasional, yakni diatas 40 persen,”ucap Asisten Deputi Kemenko PMK.

Selain itu, Asep juga mengupas soal hidup bersih, bergotoroyong, dan soal sistem pendidikan budipekerti dan beragama dan tata kelola pemerintahan, soal sistem ormas, OKP dan lainnya nuga dikupas dalam Dialog FKUB GRNM itu.


Para panitia Kesbangpol Linmas Sijunjung semangat sukseskan legiatan

“Orangtua yang berhasil  dan  Revolusi Mental diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai-nilai luhur ini diharapkan dapat menjadi karakter yang menjadi landasan untuk memperkuat kebersamaan dan persatuan, toleransi, tenggang rasa, gotong royong, etos kerja dan menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis,”jelasnya.

Ditambahkannya, terjadinya dinamika perkembangan ilmu pengetahuan, politik dan kemajuan kehidupan dalam teknologi sehingga nilai-nilai kehidupan yang selama ini menjunjung tinggi adat istiadat, nilai moral dan gotong royong telah bergeser pada nilai yang progmatis, egoistis dan individual.

“Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.”

Ditambahkan Asdep, Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara.

Gerakan revolusi mental terbukti berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat.

Dialog tersebut juga digelar tanya jawab, para penanya kebanyakan menyebut soal toleransi. Para peserta juga menyebutkan Sijunjung tak ada masalah semua terkendali dan sangat toleransi beragama.

Menanggapi hal itu, Asdep mengakui yang tahu persoalan daerah ya daerah. “Jadi, persoalan daerah ya, sebaiknya diselesaikan daerah,”ucap Asdep. “Kegiatan ini hanya ada di Sijunjung untuk Sumbar,”tambahnya.

Kepala Kemenag Sijunjung, Drs. Afrizal Thaib, MPd, selaku pemateri menyebutkan, potensi dalam kerukunan bisa terjadi karena penyiaran agama dan persoalan beda paham saja bisa ribut.

Dikatakan Kepala Kemenag Sijunjung,
Drs. Afrizal Thaib, MPd, FKUB dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.

FKUB yang dibentuk di tingkat provinsi dan kabupaten/kota bertujuan memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam Dialog itu, Afrizal juga mengupas soal penyiaran beragama. “Penyiaran agama tidak boleh, membujuk dan merayu sehingga orang berpindah agama tidak boleh,”katanya.

Kepala Kemenag Sijunjung, Drs. Afrizal Thaib, MPd, lebih mengupas soal Desember 2019 yang sempat menghebohkan Sijunjung. Soal itu, Afrizal pun menjelaskan.

“LSM itu (Sudarto-red) yang perlu diawasi karena dibayar orang luar negeri. Kamang Baru itu bagus dan tak ada masalah dan toleransinya sangat tinggi. Pernikahan beda agamanya juga membuat masalah,”ucapnya.ius

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.