Positif Covod-19 Terus Bertambah, PSBB Sumbar Masih Perlu Keseriusan

JURNAL SUMBAR | Padang — Dengan melonjaknya kasus positif Covid -19 di Sumatera Barat per Senin 27 April 2020, dari 102 kasus menjadi 121 kasus, membuktikan kekuatiran bahwa kasus Covid-19 akan semakin merebak.

Prof Dedi Hermon, Pakar Kebencanaan Universitas Negeri Padang (UNP) memaparkan kondisi saat ini, kasus Covid-19 di Sumbar sudah sudah memasuki fase penyebaran antar penduduk lokal, sehingga sebaiknya pola PSBB yang diterapkan bukan lagi membatasi masyarakat masuknya orang dari luar daerah, tapi juga harus pemberlakuan PSBB secara utuh pada masyarakat dalam kota/kabupaten/propinsi.

“Kondisi saat ini, dengan dibiarkannya masyarakat berprilaku yang tidak sesuai dengan edaran Gubernur, Bupati dan Walikota, menjadi faktor yang nantinya akan memicu penyebaran wabah ini secara cepat dan menginfeksi banyak orang.,” ujar dia kepada wartawan, Selasa (28/4).

Dia mengatakan, rendahnya kepatuhan dan daya dukung masyarakat selama PSBB di sebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang resiko Covid-19, sehingga mereka menganggap sepele saja bahaya yang mengintai di sekitar mereka.

Hal ini karena belum efektifnya edukasi sosial yang mampu mempengaruhi pengetahuan dan perilaku masyarakat. Maka perlu Pemerintah Daerah, agar lebih gencar lagi menyampaikan iinformasi yang mengena kepada masyarakat.

KLB

Selain itu, ditambahkanya, dengan pengetahuan yang rendah terhadap bencana wabah Covid-19 ini, menimbulkan munculnya kesombongan pada masyarakat, yang berimplikasi pada sikap santai, cuek, dan memandang remeh, bukti di lapangan masih banyak orang-orang yang tidak memakai masker atau masker hanya untuk dikalungi saja di leher masing-masing, terkadang hanya sebatas bebas dari pemeriksaan aparat di jalan raya.

Kebertahan atau keberlanjutan hidup, sangat dilematis, di satu sisi bertahan dari ancaman Covid-19, di sisi yang lain mereka perlu bertahan hidup dari ancaman kelaparan, sehingga anjuran pysichal distancing atau WFH untuk mendapatkan uang atau kebutuhan pokok lainnya tidak di patuhi.

Ketika ditanya dengan tipologi masyarakat Indonesia pada umumnya, dia menuturkan kondisi masyarakat masih ada yang irrasional dalam menggambil keputusan. Malah mereka tidak takut akan ancaman bahaya. Hal ini dipicu oleh faktor pendidikan yang rendah. Kadang masyarakat yang ‘mada” ini, baru sadar setelah mereka mendapat musibah.

Berdasarkan peningkatan kasus Covid-19, Dedi Hermon mengharapkan pemerintah harus serius menerapkan PSBB ini di Sumbar, selain mempercepat penyaluran bantuan pada masyarakat terdampak tanpa melalui sistem birokrasi yang rumit, pemerintah daerah/kota harus segera “membenahi” penerapan PSBB ini secara tegas, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bukitinggi dan Kota Pariaman.

Dia menambahkan, agar wabah Covid-19 ini bisa cepat di selesaikan. Pemerintah Provinsi/Kabupaten dan Kota mesti antisipasi kelalaian sehingga suasana wabah yang tidak terkendali dapat diminimalkan, kalau tidak secara langsung berakibat pada dilema sosial dan kemerosotan ekonomi yang semakin parah. “Jadikan, Italia dan Venezuela sebagai contoh dan bergurulah pada Vietnam, kalau pemerintah sayang dan mencintai warganya,” imbuhnya. (Agusmardi)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.